“MASA
KANAK-KANAK 1-5 TAHUN”
(PERIODE
ESTETIS)
A.
Naluri dan Pengenalan
Anak
dilahirkan di dunia dalam konidisi serba kurang lengkap sebab semua naluri,
fungsi jasmaniah, serta rohaniahnya belum berkembang dengan sempurna. Oleh
karena itulah anak manusia mempunyai kemungkinan panjang untuk bebas berkembang
yaitu untuk “Survive” mempertahankan
hidup, dan untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan.
Dilihat
dari sisi lain manusia sangat sempurna dibandingkan dengan mahluk lainya, akan
tetapi manusia dilahirkan dengan belum sempurna. Berbeda dengan seperti halnya
Hewan, dia dilahirkan sudah sempurna sejak lahirnya dan dia berkembang dengan
nalurinya sehingga kemampuannya tidak bertambah banyak hanya mengunakan naluri
yang sudah ada.
Sebaliknya anak manusia tidak diikat dengan naluri tetap, tetapi anak manusia biasa
mengembangkan sampai batas maksimum. Sehingga proses perkembangan anak masa mudanya lebih lama dan memerlukan usaha belajar yang lebih banyak
dan juga semua ini memerlukan bantuan dari orang dewasa.
Pada
tahun pertama anak cepat mengenal lingkungan tempat tinggalnya. Pengertian dan
pengenalan banyak dipengaruhi oleh aktifitas/ usaha orang dewasa namun dia
masih dibatasi oleh rasa belum sadar. Sehingga ia melihat lingkungan dengan
pandangan Primitif sederhana. Pengamatan ini disebut COMPLEX-QUALITA, artinya: pengamatannya
merupakan suatu totalitas, sebab anak belum bisa membedakan bagian-bagian
detailnya.
1. URRAUM
( Ruang lingkup asal) Mula-mula
anak bayi hidup dalam milieu yang sangat sempit, yaitu dibatasi oleh kebesaran
sosok badan sendiri
2. NAHRAUM
(Ruang Lingkup) Sesudah
beberapa minggu usianya, ruang-lingkup ini mulus sampai lingkungan yang dekat.
3. FERNRAUM
(Ruang lingkup jauh) Dan
sudah beberapa bulan kemudian, ruang lingkup tersebut lebih melebar luas sampai
lingkungan yang jauh.
Di
sisi lain ada orang yang menyebutkan periode 1-5 tahun ini sebagai Tahun-Kurtural
pertama penuh kebodohan (domme verreljaar). Dan masa kanak-kanak tersebut
dibatasi atau diakhiri dengan masa menentang pertama atau TROTZALTER pertama.
Beberapa
ciri khas masa kanak-kanak yang dapat disebutkan, berdasarkan pendirian ilmu
jiwa moderen:
a. Bersifat egosentris-naif
b. Mempunyai relasi sosial dengan benda-benda
dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif.
c. Ada kesatuan jasmani dan rokhani yang hampir-hampir
tidak terpisahkan sebagai satu totalitas.
d. Sikap hidup yang fisiognomis
B.
Sifat Egosentris Naif
Egosentris
atau paham mementingkan diri sendiri adalah
sifat yang buruk dan dimiliki seseorang karena atribut tersebut dikehendaki dan
disadari benar, karena selalu mengutamakan kepentingan diri sendiri.
Egosentrisme
yaitu sebaliknya berlangsung secara tidak
sadar dan merupakan sikap batin yang dimiliki seseorang sebagai pembawaan.
Anak yang belum mampu memahami arti sebenarnya dari suatu peristriwa dan belum
mampu pula menempatkan diri ke dalam kehidupan batiniah orang lain. Secara
tidak sadar dia menganggap dirinya sebagai pusat dari dunia ini.
Dengan
demikian egosentris pada umunya terdapat pada anak kecil. Sebab secara naif dia
sangat terikat pada dirinya sendiri sebagai akibat dari awal perkembangan
kehidupan jiwaninya.
Sikap
egosentris yang naif ini bersifat temporer atau sementara, senantiasa
dialami oleh setiap anak dalam proses perkembanganya. Dan setiap anak dibawah
umur 3 tahun hampir selalu bersikap egosentis naif.
C.
Relasi Sosial yang Primitif
Sebagai
akibat dan sifat egosentris naif, realisasi sosial dengan lingkungan masih
sangat longgar. Disebabkan karena anak belm sadar menghayati kedudukan diri
sendiri dalam lingkunganya. Sehingga dunia sekitar itu belum tampil sebagai
kesatuan obyektif tersendiri. Karenanya, ikatan sosialnya masih bersifat simpel
dan primitif
Ringkasnya,
kehidupan individual dan kehidupan sosial masih belum terpisahkan oleh anak.
Anak hanya bisa meminati benda-benda dan peristiwa sesuai dengan dunia-fantasi
dan dunia keinginanya atau membangun dunianya sesuai dengan khayalan dan
keinginannya.
D.
Kesatuan Susunan Rohani yang Hampir Tak Terpisahkan
Fase
kehidupan pertama, dunia lahiriah dan dunia batiniah anak masih belum terpisahkan,
artinya anak belum dapat memahami perbedaanya. Oleh karena itu penghayatan anak
dikeluarkan/di-ekpresikan secara bebas, sepontan, dan jujur dalm memiliki
gerak, tingkah laku, dan bahasanya.
Sebaliknya,
pada orang dewasa sukar dikenal kepribadian sebenarnya dengan melihat bentuk
lahirnya. Tingakah laku orang dewasa itu tidak sepontan, sering tersembunyi,
semua pura-pura, diperhitungkan, dipikir lebih dahulu,lebih halus (refined) dan
lebih bergaya.
Kesatuan bulat dari
kehidupan lahir dan batin dari anak yaitu:
- Seorang anak biasanya akan menangis bukan
saja dengan mata dan suara akan tetapi juga dengan anggota badan dan seluruh
tubuhnya.
- Sebaliknya, apabila dia bergembira-ria,
kehidupan batinnya ditampilkan pada gerakan tangan, kaki, mata, suara, yang
seluruh refleksi kecerahan hatinya.
- Dengan
bertambahnya umur anak akan menjadi sadar antara kehidupan lahir dan batinnya.
Dan anak mulai belajar mengendalikan dan mengontrol ledakan-ledakan kehidupan
jiwanya.
E.
Anak Bersikap Fisiognomis
Anak
Fisiognomis artinya: anak secara langsung memberikan atribut/sifat lahiriah
atau materiil (sifat kongrit, nyata seperti sifatnya benda-benda). Peristiwa
tersebut disebabkan oleh pemahaman anak secara totaliter tentang kesatuan
jasmani dan rokhani dikarenakan perkembangan jiwa yang awal. Seperti halnya
segala sesuatu di sekitarnya dianggap sebagai berjiwa seperti dirinya
sendiri. Seperti halnya anak sering bercakap-cakap sendiri, bertutur kata
dengan bonekanya, mainan dan lain-lain benda dan juga orang adalah seindah
perasaan hati sendiri. Periode ini disebut sebagai Periode Estetis.
F.
Masa Kritis dan Trotzalter
Pertama
Perkembangan
bayi anak-anak yang masih muda sangat bergantung pada pemeliharaan bantuan
orang dewasa, terutama ibunya yang mutlak. Anak yang berumur 2-4 tahun ingin
melepaskan diri dari pengaruh kewibawaan ibunya. Setelah itu anak mulai
mengenal AKU atau Egonya, dan sadar akan tenaga dan kemampuan sendiri. Sehingga
ia tidak bernggapan tidak memerlukan ibunya lagi dan ia berbuat semaunya
sendiri, mulai jadi tegar dan keras kepala.
Penemuan
AKU-nya, periode ini disebut sebagai masa menentang
atau Trotzalter pertama. Disebut juga fase negatif, fase beraja-raja (kemeraja-raja) atau Verneinung. Fase ini berlangsung kira-kira 2-10 bulan
dan akan hilang dengan sendirinya. Pada anak timbul dorongan yang sangat
kuat, yaitu PENGAKUAN DIRINYA.
Dampak pengakuan diri anak sering agresif, emosi meluap-liap, terutama
keinginanya tidak dituruti. Masa menentang ini disebut pula sebagai masa transisi yaitu: Masa peralihan
dari satu masa pertumbuhan melompat pada masa perkembangan lainya. Pada umumnya
ditandai oleh ledakan tingkah laku yang kuat dan revolusioner sifatnya.
Anak
yang akal budinya masih primitif belum mengenal dunia sekeliling dengan baik,
membesar-mbesarkan kehidupan fantasinya setiap peristiwa maka anak menjadi
takut, bingung dan gelisah. Kemudian anak itu akan menjadi mandiri dengan rasa
cemas, takut,rendah diri, ragu-ragu dan kebingungan. Pada suatu saat ia tidak
memerlukan bantuan ibunya.Tapi pada saat yang sama dia keras sekali
berteriak-teriak minta pertolongan ibu untuk mengatasi kesulitan
ketidakberdayaannya. Masa menentang ini disebut masa Periode-rebelli (Rebellion-pemberontakan) atau periode pra-oedipul
Dengan
munculnya tingkah laku keras kepala dan semau gue adalah rangsangan oleh
keinginan menurut hak-haknya dan menurut pengakuan terhadap egonya. Ada usaha
eman untuk melepas kekangan bagi dirinya, atau pribadi ibunya dianggap
sebagai terlalu “berkuasa”. Masa menentang ini disebut sebagai masa kritis/
genting karena mengundang bahya berupa:
1. Salah tingkah dari orang tua yang kurang
bijaksana serta tidak sabaran.
2. Salah bentuk dari kebiasaan-kebiasaan
anak yang buruk, (misal menjadi terlalu manja, bengal yang berkepanjangan dan
lain-lain)
Penting
untuk diyakini bahwa periode menentang ini tidak ada sangkut-pautnya dengan
pembawaan buruk anak. Karena merupakan satu peristiwa fase perkembangan yang
wajar pada pemekaran individu anak yang norma atau keharusan dalam
perkembangan yang normal Emosi-emosi, bertentangan, konflik batin antara
rasa ketakutan lemah dan rasa kuat besar akan sirna dengan sendirinya. Oleh
karena itu masa kritis ini disebut masa pancaroba, yang menimbulkan
kerepotan di pihak ibu dan memerlukan kebijaksanaanya.
G.
Seksualitas Awal Pada Anak
Menurut
Sigmund Freud fase pertama dari
perkembangan anak-anak sebagai masa pragnetial,usia 0-2 tahun,yang di bagi atas
masa-oral dan masa-anal, Kedua masa ini bersifat sama. Karena pada masa ini
anak belum menyadari benar akan arti dan perbedaan alat kelamin .
Fase
kedua merupakan titik puncak dari diferensiasi seksual / kesadaran akan
perbedaan seksual terjadi pada usia 3,5 tahun, pada fase ini anak laki-laki dan
perempuan sangat meminati pada organ tubuh masing-masing.
H.
Arti Bermain Bagi Anak
Pada
usia ini anak lebih senang bermain. Kegiatan anak kecil itu lebih tepat jika
disebutkan sebagai usaha mencoba-coba dan melatih diri. Karena hakekatnya
kegiatan ini disertai intensitas kesadaran, minat penuh dan usaha yang keras.
Walaupun permainan itu tampaknya tidak bertujuan namun bisa memegang peranan penting dalam
latihan pendahuluan.
Melalui
permainan, Anak mendapatkan macam-macam pengalaman yang menyenangkan, sambil
menggiatkan usaha-belajar dan melaksanakan tugas-tugas-perkembangan,
Ada
beberapa teori yang menjelaskan arti serta arrti nilai permainan. Yaitu :
1. Teori
rekreasi dikembangkan oeh Schaller dan
Lazarus, mereka menyatakan permainan
itu sebagai kesubukan rekreatif, sebagai lawan dari kerja dan keseriusan hidup
2.
Teori
pemunggahan (Ontladingsheorie)
Menurut sarjana inggris
Herbert Spencer, permainan itu
disebabkan oleh mengalir – energi, teori ini disebut pula sebagai teori
“Kelebihan Tenaga”
3.
Teori
atavistis
Menurut sarjana Amerika
Stanley Hall dengan pandangannya
menyatakan bahwa selama perkembangannya, anak akan mengalami semua fase
kemanusiaan. Permainan itu merupakan penampilan dari semua faktor hereditas
(waris, sifat keturunan).
4.
Teori
biologis
- Menurut Karl
Groos sarjana jerman, permanan itu mempunyi tugas biologis yaitu melatih
macam-macam fungsi jasmani dan rohani. Disaat bermain anak itu melakukan
penyesuaian hidup terhadap lingkungan hidupnya
- Menurut William
Stern, permainan ini sama pentingnya dengan taktik dan manauver-manauver
dalam peperangan sebagai orang dewasa.
- Jadi permainan merupakan proses pra latihan
dan pra usaha untuk melakukan tugas-tugas hidup yang sebenarnya
5.
Teori
pisikologi dalam
Menurut teori ini
permainan merupakan penampilan dorongan-dorongan yang tidak di sadari pada
anak-anak orang dewasa.
- Ada dua dorongan yang paling penting pada
diri manusia :
Menurut Adler adalah
dorongan berkuasa dan menurut Freud,
ialah dorongan seksual atau libido
seksualis
- Adler
berpendapat bahwa permainan memberikan pemuasan atau kompensasi terhadap
perasaan-perasaan lebih yang fiktif sedangkan menurut Freud perasaan-perasaan
dan dorongan-dorongan seksual infantil yang di desakkan kedalam ketidak sadaran
atau didorong didalam bawah sadar untuk menemukan pemuasaan simbolis dalam
bentuk macam-macam permainan
6.
Teori
Fenomenologis
Profesor Kohnstamm, menyatakan bawha permainan
merupakan suatu fenomena atau gejala yang nyata mengandung unsur suasana
permainan. Dalam suasana permainan itu terdapat beberapa faktor:
a.
Kebebasan
b.
Harapan
c.
Kegembiraan
d.
Unsur
ikhtiar
e.
Siaat
untuk mengatasi hambatan serta perlawanan
Menurut
teori Fenomenologis permainan mempunyai arti dan nilai bagi anak sebai berikut:
1. Permaian
merupakan sarana penting untuk mensosialisasikan anak, yaitu sarana untuk
mengintrodusir anak jadi anggota suatu masyarakat, agar anak bisa mengenal dan
menghargai masyarakat manusia.
2.
Dengan
permaian anak bisa mengetes dan mengukur kemampuan serta potensi diri.
3. Dalam
situasi bermain anak bisa menampilkan fantasi, bakat-bakat, dan
kecenderungannya.
4. Di
tengah permainan itu setiap anak menghati macam-macam emosi. Anak bermain hanya
untuk kesenangan tidak mengharap prestasi
5. Permaian
itu menjadi alat pendidikan, karena permaiana bisa memberikan rasa kepuasan, kegembiraan, dan kebahagiaan
kepada diri anak
6. Permaian
memeberikan kesempatan pra-latihan untuk mengenal aturan-aturan permaian,
mematuhi norma-norma dan larangan dan bertindak secara jujur serta loyal.
7. Dalam
bermaian anak belajar mengunakan semua fungsi kejiwaan dan fungsi jasmaniah.
Bentuk permaian bisa
kita bagikan menjadi 3 kelompok yaitu :
1.
Permaian
gerakan
2.
Memberi
bentuk
3.
Ilusi
Banyak
sarjana berpendapat bahwa pada hakekatnya kegiatan belajar pada anak adalah
bermain. Frobel berpendapat bahwa
permainan bisa memberikan pada anak kesempatan untuk melaksakan fantasinya.
Sedangkan menurut Maria Mantessori bahwa pemainan paling mengutamakan kegiatan
melatih panca indra dan semua fungsi-fungsi maksudnya Mantessori lebih menekankan kegiatan melatih fungsi-fungsi untuk
persiapan kerja di masa yang akan datang.
Langkah-langkah
utama yang bisa diambil setiap pendidik dan orang tua dalam aktifitas bermain
ialah :
1.
Jangan
mengganggu anak-anak yang tengah bermain.
2. Yang
penting ialah bukan jenis alat permainan akan tetapi berikan kesempatan bermain
pada anak itu.
3.
Memberikan
ruang bermain yang cukup luas
4. Dengan
memberikan kesempatan bermain yang kreatif, secara tidak langsung kita bisa
mencegah untuk merusak dan berbuat kriminil
5.
Berikan
permainan pada anak yang ideal
6. Seiring
dengan bertambahnya usia anak diberikan permainan yang menyenangkan dan di
tambahkan pula dimensi kerja atau kesibukan yang bermanfaat.
I.
Arti Bahasa Bagi Anak
Bahasa
merupakan gejala tipis yang kita jumpai dikalangan masyarakat manusia, juga di
tengah kumpulan binatang. Dalam dunia binatang, bahasa itu tidak hanya dinyatakan
dengan bunyi-bunyian saja, akan tetapi ada kalanya ditampilkan dengan bahasa-bau
seperti pada lebah, dan bahasa ketukan/sentuhan pada jenis semut. Jika
bunyi-bunyi itu mempunyai artikulasi tertentu, yaitu diucapkan dengan jelas dan
mengandung intensi/maksud tertentu. Bunyi-bunyi ini disebut sebagai bahasa.
Bahasa menjadi :
1.
Alat
untuk mengungkapkan fikiran dan maksud tertentu;
2.
Untuk
alat berkomunikasi dengan orang lain,
3.
Dan
dipakai untuk membuka lapangan rokhaniah yang lebih tinggi tarafnya.
4. Bahasa
juga dipakai untuk mengembangkan fungsi-fungsi tanggapan, perasaan, fantasi,
intelek dan kemampuan.
Bahasa
merupakan tanda atau simbol-simbol dari benda-benda, serta menunjuk pada
maksud-maksud tertentu. Dan bahasa selalu menampilkan arti-arti tertentu. Oleh
karena itu bahasa sangat besar artinya bagi anak sebagai alat bantu
mengembangkan fungsi-fungsi rohaniahnya. Namun unsur-unsur bahasa yang
mempunyai nilai budaya inilah yang membedakan dirinya dengan anak binatang.
Menurut
Karl Buhler, di dalam penggunaan
bahasa itu terdapat 3 dorongan utama, yaitu: Kundgabe, Auslosung, Darstellung.
1. Kundgabe
( Pengumuman, Maklumat, Pemberitahuan) : ada dorongan yang merangsang anak
untuk memberi tahukan isi kehidupan batiniyahnya, yaitu fikiran, harapan,
perasaan dan lain-lain kepada orang lain.
2. Auslosung
( Pelepasan) : ada dorongan yang kuat pada anak untuk melepasakan kata-kata dan
kalimat-kalimat, sebagai hasil peniruan
3. Darstellung (Pengungkapan, Penyampain, Pemaparan) : anak
ingin mengungkapkan kelauar segala sesuatu yang menarik hati dan memikat perhatian.
Clara dan William Stern membagi perkembangan bahasa
anak yang normal dalam 4 periode perkembangan
yaitu:
1. Prastadium.
Pada tahun pertama anak hanya bisa meraba kemudian menirukan bunyi-bunyi.
Mula-mula menguasai huruf hidup , kemudian huruf mati. Seperti ma-ma, pa-pa,
bi-bi dan lain-lain
2. Masa
pertama antara usia 12-18 bulan: stadium kalimat-satu-kata. Yaitu untuk
mengungkapkan satu perasaan atau keinginan. Contoh : “mama”, dudukkanlah saia
dikursi itu!.
3.
Masa
kedua: antara usia 18-24 bulan. Mengalami stadium-nama. Pada saat ini timbul
kesadaran bahwa setiap benda mempunyai nama, dan ingin memahami artinya. Anak
mengalami peristiwa “lapar-kata”; yaitu mau menghafal terus-menerus kata-kata baru. Dan anak selalu merasa
“haus-tanya”.
4. Masa
ketiga: antara usia 24-30 bulan, mengalami stadium flexi. ( flexi, flexico =
menafsirkan, mengikrabkan kata-kata).
5. Masa
keempat. Mulai usia 30 bulan keatas, stadium anak kalimat. Anak mulai
merangkaikan pokok kaliamat yang menjadi pokok pemikirananak dengan
penjelasannya. Pertanyaan anak kini sudah menyangkut perhubungan waktu
(kapan,bila), dan kaitan sebab
Oleh
pemahan yang masih sangat sederhana dan penguasaan bahasa yang ma sih “miskin”,
sering kali cerita-cerita anak itu berupa keibuan, yang kita kenal sebagai
pseudo-dusta atau kebohongan semu. Pada
periode belajar bahasa tersebut sering kali anak mengalami
periode-gagap. Disebabkan oleh karena anak terburu-buru sekali dalam menyatakan
perasaan dan fikirannya.
Gagap
ini apabila tidak mengalami pengaruh-pengaruh yang buruk (misalnya sering
diolok-olok, ditertawai, dihina dan
lain-lain), akan hilang dengan sendirinya. Sebaliknya, apabila anak mengalami
pengaruh yang buruk dalam jangka waktu yang cukup lama, anak akan mengalami
banyak kesulitan emosional yang serius, berupa: kecemasan, konflik batin dan
lain-lain. Bisa mengalami trauma psikis dan menjadi gagap. Contoh: anak-anak
kidal, apabila ia dipaksakan untuk mengunakan tangan kanannya.
Psikologi
merupakan pendidikan umum yang berfungsi untuk menjawab permasalah-permasalah
yang ada pada diri seseorang. Pendidikan psikologi mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pengembangan ilmu, karena psikolog memberikan landasan
yang sangat mendasar. Ilmu pendidikan psikologi merupakan sebuah ilmu atau
seperangkat pengetahuan yang tersusun untuk menjelaskan, mengembangkan dan
mengontrol berbagai gejala atau peristiwa, baik yang bersumber dari
perkembangan atau penelitian semua orang atau semua anak manusia. Berdasarkan
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa psikologi dapat memberikan ladasan
bagi pengembangan ilmu karakter penjiwaan seseorang atau manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono
Kartini. Patologi Sosial 3, Masa
Kanak-Kanak 1-5 Tahun, Jakarta, Rajawali Press, 1986.
Bernhardt,
K.S. 1964. Discipline and Child Guidance.
New York: McGraw-Hill Book Company.
Brigham,
J.C. 1991. Social Psychology. New York: Harpercollins Publisher.

OLeh: Witdarmiyanto
0 comments:
Posting Komentar