Ads 468x60px

Sabtu, 19 Januari 2013

Kisah Penjual Balon


Penjual Balon

Di  kota Yogyakarta inilah banyak sekali orang-orang penjual balon. Salah satunya yaitu Pak Karman. Pak Karman berusia 50 tahun, keadaan fisik pak karman tidak sempurna karena tangan kiri Pak Karman cacat. Di kota jogja inilah pak karman mengais rezeki dengan menjual balon. Setiap pahinya pak karman harus berangkat untuk menjual balon-balonya.

Pagi telah tiba saatnya Pak Karman untuk mencari rezeki. Balon-balon yang sudah disiapkan untuk dijual ia bawa sambil berjalan kaki. Tempat untuk berjualan pak karman juga jauh, ia harus menempuh jarak sekitar lima kilometer. Setelah menyelusuri jalan yang amat jauh tibalah pak karman di tempat penjualannya yaitu di kota Gede Yogyakarta. Sesampai di kota Gede, Pak Karman mulai menjual balon-balonnya. Balon yang dibawanya Pak Karman sekitar 15 balon saja. Terkadang 15 balonya itu tidak habis terjual. Perbalon itu dijual seharga Rp 3000. Panas dan hujan tak dirasakan, ia tetap semangat menjual balon-balon itu. Dia duduk di pinggir jalan sambil menunggu pembeli yang datang. Tiba-tiba ada seorang Anak yang mau membeli balon Pak Karman tapi sayangnya anak itu hanya membawa uang Rp 1000, padahal harga balon persatunya Rp 3000 akan tetap pak Karman memperbolehkan anak itu untuk membelinya. Meski pak karman harus rugi, Pak Karman ikhlas memberinya balon itu kepada Anak yang membeli balon tadi.

Hari semakin sore Pak Karman mulai membereskan barang-barang daganganya dan pak Karman bergegas pulang. Di hari itu pak Karman pendapatan penjualanya hanya Rp 15000,tetapi pak Karman tetap bersyukur dengan penghasilanya. Pak karman berjalan kaki menuju kerumahnya sambil menawarkan balonnya. “siapa tau masih ada yang mau beli.” Sesampainya tiba di rumah pak karman beristirahat. Pak Karman merasakan perutnya lapar dan ia harus memasak nasi seadanya tanpa saudara ataupun siapapun. Pak Karman sebenarnya tidak mempunyai rumah dan hanya tinggal dikoz. Pak karman juga tidak mempunyai seorang istri karena istri Pak Karman sudah meninggal dan dia tidak mempunyai seorang anak juga. Di tempat koz pak karman hanya ada radio yang sudah tua danRadio itulah yang selalu menemani pak karman. Ketika malam hujan Pak Karman sedikit basah karena atap gentingnya pada bocor. Malam semakin larut waktunya Pak Karman tidur dengan beralaskan tikrar yang sudah rusak.

Di waktu dulu pak Karman saat masih jaya berkat menjual balon-balonya ia bisa membeli tangki uantuk membuat gas sendiri. Dari penjualan itulah pak Karman bisa menghidupi dirinya sendiri. Tiap harinya pak karman harus bisa menyisihkan uang untuk membayar kosnya, membeli beras, dan modal untuk berjualan. Padahal pendapatan yang diteima pak Karman sedikit  terkadang tidak menentu.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi, pak Karman sudah bangun untuk menjalankan sholat subuh. Sehabis salat subuh biasanya pak Karman bersiap-siap menjual balon. Seperti biasanya Ia menuju ke Kota Gede. Tapi untuk hari ini penjualan pak karman sepi. Ia ingin pindah berjulan di pasar malem sekaten. “siapa tau disana rame”. Baru berjalan menuju ke pasar malam tiba-tibad ditengah perjalan, balon-balon Pak Karman lepas dari gengaman tanganya. Ia mengejar-ngejar balon yang terbang itu sampai terjatuh,maang nasip Pak Karman. Tapi apalah daya balon itu sudah terbang tinggi karena tertiup angin yang kencang. Pak Karman harus mengiklasakn meski air matanya menetes. Tetapi pak Karman tidak pernah putus asa. Dia harus berjuang demi untuk hidup mencari sebutir nasi.

Sumber: Kisah dari Trans TV
Oleh: Witdarmiyanto

Print Friendly and PDF

0 comments:

Posting Komentar

 

Popular Posts