Puisi
“Surat”
Tahun 1994.
Buku Ijinkan Aku Mencintaimu 2004
Abdul Wachid B.S
Biografi
Abdul
Wachid B.S, lahir di dusun
terpencil Bluluk Lamongan, Jawa Timur, 7 Oktober 1966. Ibunya (Siti Harawati)
pedagang kecil, guru dan ketua yayasan di sebuah Madrasah kecil (Miftahul
Amal). Melalui buku koleksi ayahnya, Achid mulai gemar membacanya. Sekolah
dasar diselesaikannya di SDN Bluluk 1. Madrasah Ibtidaiyah tak sempat
diselesaikanya. SMP-nya ia selesaikan si SMP Negeri 1 Babat. Lalu melanjutkan
di SMA Negeri Argomulyo Yogyakarta, saat inilah Achid mulai giat bersastra,
bersama rekanya mendirikan majalah sekolah. Pernah kuliah Rangkap di Fak. Hukum
Univ. Cokroaminoto ( 1985-1987) dan Fak. Sastra Kebudayaan di UGM (Lulus)
Ia pernah sebagai Dosen-tamu Bahasa Indonesia dan IBD di
sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta (1998-2000). Juga dosen tamu untuk mata
kuliah kritik sastra, Drama, Penulisan Sastra Kreatif, Retorika, Ilmu Budaya
Dasar dan Kajian Puisi di Universitas Muhammadiyah Purwokwrto (1997-Sekarang). Kini Abdul Wachid selain
terus menulis puisi dan esai, sebagai dosen negeri untuk mata kuliah Ilmu
Budaya Dasar dan Bahas Indonesia di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwakerto,
sembari menyelesaikan program S-2 program studi Sastra Indonesia di Universitas
Gadjah Mada.
Pengenalan
karya Puisi dan
esensinya dipublikasikan di majalah Horison, dan Koran Tempo, Media Indonesia,
suara pembaruan, republika, Kompas pikiran Rakyat, Suara merdeka, Kedaulatan
Rakyat, solo Post, Surabaya Post, Jawa Pos dan Balai Post. Sebagai
sajaknya terdokumentasi dalam buku sembilu (Dewan Kesenian Yogyakarta, 91,
Ambang DKY, 92) Oase (Titian Ilahi Press, 94) Serayu (Harta prima Press 95),
Lirik-lirik kemenangan (Taman budaya Yogya, 1994) Tabur Bunga (Seperempat Abad
Khul Bung Karno 95) Negeri Poci-3 (Tiara Jakarta, 96), Mimbar Penyair Abad 21
(balai Pustaka 96), Gerbang (Cempaka Kencana, 1998), Tamansari (Vestival
Kesenian Yogya x , 1998), Aaceh Mendesah dalam Nafsu (kampanye Seni untuk HAM
Aceh, 1999), Embun Tajali (Aksara Indonesia 2000) Angkatan Sastra 2000
(Grasinda, 2000), Hijau Kelan (Kompas 2002) dll
Esensinya
terdokumentasi dalam buku KIat Menembus Media Masa (Titian Ilahi Peress, 94)
Begini Begitu (Dewan Kesenian Yogya, 97) Ia juga mengeditari Bantalku Ombak
Slimutku Angin, dan Lautmu Tak Habis Gelombang karya D. Zawawi Imran. Juga
Kritik Sastra Indonesia Modern, disertai Prof. Dr . R. Djoko Pradopo, yang
diterbitkan Gama Media, Januari 2002. Rumah
Cahaya (Ittaqa Press 1995; Gama Media, 2003), merupakan sajak yang menghimpun
awalnya. Sastra Melawan Slogan (FKBA, 2000), merupakan bunga rampai esainya
yang diberi kata penutup oleh Dr. Faruk. Rumah Cahaya, sempat dikritik oleh
Kritikus Adi Wicaksono secara panjang-lebar di Histeria Kritik Sastra (Bentang,
1996), dn menjadi pollemik berkepanjangan di Kedaulatan Rakyat. Religiositas
Alam dari Surealisme ke Spiritualisme D, Zawawi Imron (Gama Media, 2002),
merupakan kajian ilmiah terhadap perpuisian Indonesia decade 1980-an, khususnya
perpuisian D. Zawawi Imron, diberi kata pengantaroleh Prof. Dr. R. Djoko
Pradopo. Buku Pilihan Tunjamu Kekasih (Bentang, 2003).
Event kesustraan yang sempat mengundang ia membacakan
sajak-sajaknya: Festial Kesenian Yogya (FKY) III. 1991, FKY IV-1992, FKY
VI-1994, Haul Seperempat Abad Bungkarno di Mblita 1994, Festifal November 1996
di Taman Ismail Marzuku Jakarta, Malam Milenium Baru 2001 di Taman Budaya
Surakartabersama Agus R. Sarjono, Ahmad Subauddin Alwy, D. Zawawi Imron, dan
Rendro. Sajaknya memenangkan lomba Cipta Puisi FKY IV-1992 dibukukan dalam buku
Ambang; Lomba Cipta Puisi Taman Budaya Yogya 1994 dibukukan dalam buku
Lirik-lirik Kemenangan
Latar Belakang
Karya Sastra
Puisi merupakan bagian yang tak terpisahkan bagi kehidupan manusia dan sangat
menarik untuk dipelajari. Selain itu, Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
menjumpai berbagai ekspresi puitis, meskipun tidak secara langsung berkaitan
dalam kegiatan berpuisi atau bersastra. Apabila kita berhadapan dengan
ungkapan hidung belang, yang ditujukan kepada seseorang yang gemar
mempermainkan perempuan, sebenarnya kita sedang menggunakan ekspresi puitis.
Demikian halnya dengan ungkapan mata keranjang yang
ditujukan kepada seseorang yang mudah terpikat dengan perempuan-perempuan yang
dilihatnya, ekspresi tersebut bersifat puitis. Hidung belang dan mata
keranjang merupakan gaya bahasa yang diungkapkan dengan maksud untuk
menyatakan sesuatu yang lain. Tujuannya untuk memperjelas maksud yang hendak
disampaikan. Bahkan dalam lirik lagu pun, sebenarnya terdapat unsur puitis,
karena pilihan katanya yang khas.
Apa yang telah
dibicarakan menunjukan bahwa kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat lagi dilepaskan dari kesusastraan, meskipun kegiatan bersastra tersebut dilakukan
tanpa disadari. Dalam hal ini, puisi menjadi khas oleh kalangan umum, karena
sebagai teks ia menarik perhatian pembaca kepada teks itu sendiri. Selain itu,
memahami puisi sebagai suatu luapan spontan dari perasaan-perasaan yang kuat.
Sehingga memacu para pembaca untuk ikut terjun dalam suasana puisi yang
dibawakan. Maka dari itu perlu di ketahui mengenai struktur dan unsur pembentuk
lainnya di antaranya yakni surealitas dalam sajak, seperti adanya representasi
(mengubah pikiran menjadi bayangan visual kedalam bahasa) tidaklah cukup hanya
dengan menemukan meaning unsur-unsurnya, tetapi harus sampai tataran semiotik,
dengan membongkar kode sastra secara struktural atas dasar significance-nya.
Sejarah
Penciptaan
Di dalam buku
Ijinkan Aku Mencintamu terdapat banyak puisi salah satunya yang berjudul
“Surat” 1994. Menurut buku Ijinkan Aku Mencintaimu karya Abdul Wachid B.S dalam
pisi surat 1994, sejarah penciptaan disejarahkan oleh seorang yang gemar
membaca karya-karya abdul wachid. Yaitu seorang yang bernama Urara Numazawa,
dia juga seorang penulis sastra yang kelahiranya Kebangsaan Jepang. Dalam
sejarah penciptaan puisi “Surat” 1994 ini dikatakan karena pada jaman dahulu,
laki-laki bangsawan harus belajar menulis puisi untuk dikirim ke sang ratu hati sebagai
pengungkapan perasaan. Kesempatan untuk bertemu denga perempuan bangsawan itu
sangat terbatas, biasanya mulai dari sepucuk surat yang disisipkan puisi Khas
Jepang. Yakni tanaka atau waka. Tanaka adalah puisi yang memiliki
pola bunyi yang teratur yang terdiri dari pola suku kata sejumlah 5-7-5-7-7
Waktu
Penciptaan
Buku kumpulan
puisi Ijinkan Aku Mencintaimu “Surat” 1994 ini dipublikasikan cetakan pertama
pada bulan November 2002, cetakan kedua pada bulan Februari 2004
Puisi
Surat
Tengah
malam di Jazirah
Aku
menerbangkan Merpati Putih
Semoga
sampai alamat kasih
Tahun 1994
Karya Abdul Wachid, B.S.
(Ijinkan Aku Mencintaimu,2004)
Unsur Instrinsik
Strukturr
fisik puisi merupakan unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi.
Unsur-unsur ini dapat ditelaah satu persatu, namun merupakan satu kesatuan yang
utuh. Berikut akan dijelaskan unsur-unsur struktur puisi terkait dengan
puisi diatas.
Diksi dan Gaya
Bahasa
Peranan diksi
sangat penting, karena diksi merupakan segala-galanya dalam puisi. Sehingga ada
yang mengatakan bahwa diksi merupakan esensi dari puisi. Bahkan ada yang
mengatakan bahwa diksi merupakan dasar bangunan dalam penulisan puisi. Sehingga
dapat diketahui seberapa hebat penyair mempunyai daya cipta. Terkait
dengan puisi “Surat” diatas, terdapat diksi seperti merpati
putih dan alamat kekasih. Dengan memilih akhir huruf yang
memiliki bunyi yang sama yaitu ih, sehingga memperkuat makna
bahwa merpati putih benar-benar ditujukan kepada alamat
kekasihnya yang dituju.
Menggunakan Gaya
Bahasa Perluangan yaitu Epistrofa, semacam gaya bahasa repetisi yang berupa
perluangan kata atau frasa pada akhir baris atau kalimat berurutan. Dalam puisi tersebut kata merpati putih merupakan
interpretasi dari bentuk surat, yang oleh penyair alihkan kepada ungkapan yang
lain. Karena memiliki kesamaan perlakuan antara surat dengan merpati putih,
yaitu sama-sama dijadikan sarana untuk menyampaikan sesuatu kepada suatu
tempat. Dalam hal ini, bahasa figuratif merupakan bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara
tidak langsung mengungkapkan makna.
Tema
Puisi “Surat” karya
Abdul Wachid, B.S. diatas mengungkapkan tema tentang Harapan. Hal
ini dapat dibuktikan melalui diksi pada baris terakhir semoga sampai alamat
kasih yang menggambarkan bahwa penyair berharap suratnya sampai pada
alamat kekasih. Selain itu, puisi “Surat” tersebut, menurut penulis dapat
digolongkan pada aliran simbolisme. Karena dalam baris kedua terdapat ungkapan Merpati Putih, di
mana penulis memiliki dua persepsi. Pertama, Merpati
Putih merupakan sebuah ungkapan yang menggantikan sesuatu yang
berbentuk surat. Dengan kata lain, penyair memakai gaya bahasa dalam
mengalihkan bentuk surat kepada Merpati Putih. Kedua, Merpati
Putih adalah sebagai bahasa kiasan untuk perantara yang mengantarkan surat,
dalam hal ini burung merpati putih. Karena dilihat dari sisi sejarahnya burung
merpati merupakan sebuah sarana yang dipakai oleh orang jaman dahulu, untuk
mengirimkan surat.
Amanat
Amanat
berhubungan dengan makna karya sastra yang bersifat Interpretatif, artinya
setiap orang memiliki tafsiran yang berbeda-beda dalam menangkap makna puisi,
disesuaikan tingkat intelektual pembaca. Sehingga tidak menutup suatu
kemungkinan adanya ketidaksamaan dengan apa yang hendak disampaikan oleh
penyair. Dalam hal ini, pada puisi “Surat” tersebut, menurut penulis amanat
yang terkandung didalamnya adalah apabila mencintai seseorang, segeralah
ungkapkan kepadanya, baik melalui surat atau sejenisnya, dengan harapan cintanya
terbalas.
Isi
Pada
puisi “Surat” karya Abdul Wachid, B.S. mengandung
isi harapan agar surat yang dikirim tidak mengalami suatu hambatan, dan
tersampaikan pesan didalamnya kepada sang kekasih
Bunyi dan
Aspek Puitik
Dalam puisi
“Surat” tahun 1994 di atas menggunakan bunyi sajak A-A-A yang terdiri dari satu bait
tiga baris. Sebagai bukti sajaknya yaitu Jazirah-A, Putih-A, kasih-A . Bunyi puisi itu terasa merdu karena aspek puitiknya ada penghayata
yang begitu mendalam sehingga tercapai nilai estetika. Karya puisi Abdul Wachid
B.S ini menggunakan bahasa yang mudah
sehingga pembaca mudah untuk memahami dan mengucapkannya. Puisi juga mempunyai
arti simbolik
yang ada hubunganya dengan perasaan penulis.
Struktur Batin
Struktur batin merupakan seseuatu yang berkaitan dengan mental atau
batin yang menyatu pada struktur fisik puisi dan membentuk totalitas makna
- Imaji atau Citraan
Diksi yang
dipilih selalu menghasilkan pengimajinasian, dan karena itu kata menjadi
konkret, seperti kita menghayati dengan penglihatan, pendengaran, dan
lain-lain. Istilah imaji, dapat dipahami secara reseptif dari sisi
pembaca. Dalam hal ini pengimajian merupakan pengalaman indera terbentuk dalam
rongga imajinasi pembaca yang ditimbulkan oleh sebuah kata atau oleh rangkaian
kata. Dalam puisi tersebut, menurut penulis pada kalimat Tengah
malam di Jazirah menginterpretasikan seorang penyair
yang berada disuatu tempat di semenanjung. Sedangkan pada kalimat Aku
menerbangkan merpati putih penulis gambarkan pada hal yang
dilakukan oleh penyair di Jazirah. Dan pada baris terakhir semoga sampai
alamat kekasih yaitu sebuah harapan yang dimiliki penyair ketika
mengirimkan sesuatu kepada kekasihnya.
- Perasaan
Perasaan
memiliki hubungan dengan suasana hati penyair. Dalam puisi “Surat”,
gambaran perasaan penyair yang khawatir, cemas, takut terhadap surat yang
dikirimnya tidak akan sampai kepada alamat sang kekasih.
- Nada dan Suasana
Sikap penyair
kepada pembaca dalam puisi disebut Nada. Adapun suasana adalah
keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Antara nada dan suasana juga
saling berhubungan. Dengan pembacaan yang baik, maka pembaca dapat ikut
merasakan suasana yang sedang iba, sedih, bahagia, dan lain-lain. Pada Puisi
tersebut nada yang digunakan yaitu dengan nada halus bersuasana harapan.
Alat Retorika.
Yaitu digunakan penyair untuk mengajak pembaca
menggunakan logika atau pikirannya dalam memaknai puisi. Lebih dari pada itu,
penyair mengharapkan pembaca dapat menarik manfaat dari puisi yang dibacanya.
Dengan demikian, sarana retorika berfungsi sebagai alat bagi penyair dalam
menyampaikan perasaan dan pengalamannya melalui puisi. Alat retorika yang
digunakan oleh Abdul Wachid B.S dalam puisi ini adalah dari gaya bahasanya
sebagai contohnya adalah Merpati Putih.
Merpati putih itu sebagi bahan utama penyampai karena diibaratkan kendaraan
sang selalu siap menyampaikan isi dalam surat. Dengan kata lain burung merpati merupakan sebuah sarana yang dipakai oleh
orang jaman dahulu, untuk mengirimkan surat.
KESIMPULAN
Dalam
kehidupan manusia tak lepas dari perjalanan yang indah, bahagia, cobaan, dan
masalah. Puisi merupakan karya sastra yang bisa menggambarkan perasaan, masalah
dimasyarakat bahkan masalah pada diri sendiri, mengungkapkan perasaan dalam
hati dengan sebuah puisi, sehingga dapat terbuat karya yang baik, mempunyai
nilai seni yang tinggi merupakan sebuah karya yang baik dapat menyentuh
perasaan penulis dan pembaca. Pembacapun dapat memahami karya puisi dengan
mudah dan tersentuh hatinya.
0 comments:
Posting Komentar